Membaca Rizal Mallarangeng
Halaman sampul buku Dari Jokowi ke Harari karya Rizal Mallarangeng |
Pemilu 2019
menjejalkan banyak nama. Di antara yang banyak itu, ada nama Rizal Mallarangeng
yang melekat dalam benak saya sampai hari ini. Saya baru saja selesai membaca
bukunya, Dari Jokowi ke Harari, yang
terbit pada awal 2019. Terus terang, saya terbilang sangat terlambat membaca
tulisan-tulisan Celli, sapaan akrab Rizal Mallarangeng, dan saya menyesal
dengan kesangatterlambatan ini.
Dalam buku yang
merupakan kumpulan esai di pelbagai media ini, saya berjumpa seorang
politisi-intelektual yang menulis gagasan-gagasan besar dengan bernas, renyah
dibaca, argumentatif. Dengan kata lain, Rizal memikat publik lewat
tulisan-tulisannya.
Sebagai
seorang politisi Golkar, Rizal tidak terjebak ke dalam politik partisan. Dalam
politik dukung-mendukung, ia tidak mendukung dengan otak kosong. Ia mendukung
sewajarnya dan seelegan mungkin. Hal ini tampak dalam esainya tentang Jokowi
dan Airlangga Hartanto.
Terdapat dua
esai tentang Jokowi dalam buku ini, yaitu: Pergeseran
Kepemimpinan Jokowi (hal. 3) dan Pidato
Jokowi Mencari Bentuk (hal. 11). Pada esai Pergeseran Kepemimpinan Jokowi, Rizal membela kepemimpinan Jokowi
yang oleh banyak kalangan dianggap bukan lagi outsider yang masuk ke sistem kekuasaan untuk melakukan perubahan
menyeluruh ke arah yang lebih baik. Bagi Rizal, Jokowi sedang tumbuh dalam
kekuasaan –normalisasi Jokowi dalam istilah Rizal-- yang apabila dia bersikeras
untuk setia pada citranya semula sebagai kandidat di luar sistem, maka sekarang
dia mungkin sudah kebingungan sendiri, terkucil dari pemerintahan yang harus
dipimpinnya (hal. 7).
Oleh
karenanya, Jokowi harus berkompromi dengan banyak hal dan berkoalisi dengan
banyak kalangan, termasuk mengangkat Wiranto sebagai Menkopolhukam (2016-2019) meskipun
tersangkut prahara pelanggaran HAM di masa lalu. Rizal menampilkan realitas
politik Indonesia yang memang mengharuskan koalisi sana-sini. “Seni membangun
koalisi memang niscaya dalam demokrasi,” terang Rizal.
Pada esai Pidato Jokowi Mencari Bentuk, Rizal mencermati,
kemudian membandingkan, pidato-pidato Jokowi. Hanya sedikit orang yang mengamati
secara seksama dan membandingkan para pemimpin ketika berada di podium dan
Rizal adalah salah satu sedikit orang itu. Menurut Rizal, podium merupakan instrumen
kekuasaan yang penting bagi pemimpin untuk mengutarakan ide, opini, dan bujukan
yang mampu mengubah pikiran begitu banyak orang.
Rizal mengapresiasi
pidato Jokowi pada peringatan Hari Pers Nasional di Jakarta, April 2019 karena
Jokowi menemukan dirinya, comfortable
under his own skin, pada pidato tersebut. Sementara itu, Rizal juga mengkritik
pidato Jokowi di Blitar pada 1 Juni 2015 yang menurutnya agak lebay, normatif, dan tautologis --jelasnya,
Jokowi tidak menjadi dirinya sendiri. Menurut Rizal, Jokowi cocok dengan kata “kerja”,
bukan kata “perjuangan”, apalagi kata “revolusi” (hal. 14).
Perihal
dukungan Rizal kepada Airlangga Hartanto untuk disandingkan dengan Jokowi sebagai
cawapres dalam Pilpres 2019 tertuang dalam esai Airlangga Hartanto dan Konsep Politisi-Teknokrat: Sebuah Usul (hal.
191). Rizal membuka esai tersebut dengan mengutip gagasan Luthfi Assyaukanie
perihal kriteria calon wakil Jokowi di Pilpres 2019 yang harus memiliki dua hal
sekaligus, yakni kemampuan teknokratis dan daya dukung atau akar politik. Dua hal
itu, menurut Rizal, terdapat dalam diri Airlangga Hartanto, Menteri
Perindustrian dan Ketua Umum Partai Golkar.
Ya meskipun
pilihan jatuh kepada Ma’ruf Amin dengan konsep nasionalis-relijius.
Esai-esai
politik yang lain –dengan menyebut beberapa-- dalam buku ini berbicara tentang
kesedihannya dalam Pilkada DKI 2017 yang didominasi isu politik identitas (Kalah dan Menang: Kenangan April Kelabu
2017) dan keteguhannya pada pembatasan kekuasaan (JK, HT, dan Kotak Pandora yang Berbahaya).
Buku ini terdiri dari 21 esai dan ditutup dengan memoar Rizal tentang gurunya, Ashadi Siregar.
Oh ya, satu
lagi. Esai-esai Rizal dalam buku ini sangat didominasi dengan referensi politik
Amerika. Tentunya, hal ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan Rizal
sebagai lulusan The Ohio State University, Columbus, AS.
Comments
Post a Comment