Orang-Orang Tua yang Masih Merasa Memiliki Zaman


Kenapa sih orang-orang tua selalu ikut campur urusan anak muda? Gak ada kerjaan lain apa? Ini zaman sudah berubah. Sangat cepat malah perubahannya. Oleh karenanya, persoalan zaman ini yang dihadapi oleh kita anak muda punya solusinya sendiri, punya polanya sendiri yang berbeda dengan zaman anda-anda dulu.

Bukankah anda pernah bilang ke kita –dengan mengutip sebuah aforisma klasik— ‘setiap zaman ada orangnya, dan setiap orang ada zamannya’. Kalau anda konsisten dengan yang pernah anda petuahkan pada kita, biarlah kita merespon kompleksitas zaman ini dengan cara kita sendiri, dengan kreatifitas kita sendiri. Kita adalah orang zaman itu dan kita adalah anak zaman hari ini.

Boleh jadi, apa yang anda lakukan itu ampuh di masa lalu –dan itu heroik--, tapi untuk saat ini? Belum tentu. Karena kondisi zaman sudah berubah. Ingat kata Heraklitos: “panta rhei kai uden menei”, kita tidak akan pernah turun dua kali ke sungai yang sama. Sungai hari ini yang keruh dan penuh limbah serta tercemar tentu berbeda dengan sungai di masa lalu dan kita ingin menyuarakan kondisi sungai hari ini dengan gaya kita sendiri seperti halnya anda ketika menyiangkap dan menyuarakan kebobrokan pemerintahan Orde Baru.  

Soal pengalaman? Mungkin anda memiliki banyak pengalaman hidup karena anda lahir lebih dulu. Itu saja. Tapi untuk pengalaman hidup di masa kini dengan perkembangan teknologi informasi yang ada, kita dan anda sama-sama punya pengalaman yang sama. Malahan kita memiliki kesiapan dan pengetahuan yang lebih karena sejak hadir di muka bumi, kita sudah melihat perkembangan internet yang sangat cepat, digitalisasi di segala aspek kehidupan dan lain sebagainya.

Teruntuk orang-orang tua yang masih merasa memiliki zaman. Kita memang tidak merasakan berada di bawah otoritarianisme Orde Baru seperti yang anda alami, tapi kita bisa merasakan suramnya kondisi masa itu dengan membaca banyak informasi yang tertuang dalam pelbagai literatur.

Dari hasil bacaan itu, kita menyadari bahwa kita tidak bisa membayangkan hidup di zaman itu. Oleh karenanya, kita menolak Orde Baru Jilid II yang tertuang dalam pelbagai RUU bermasalah di negeri ini dengan melakukan aksi demonstrasi #ReformasiDikorupsi.
Tidak usah nyinyir sama gerakan kita dengan bilang ‘ditunggangi lah’, ‘sudah gak relevan lah untuk melakukan demo hari ini karena kondisi hari ini berbeda dengan masa silam’ dan pembelaan-pembelaan lain.

Aksi ini adalah bentuk kecintaan kita pada demokrasi di negeri ini yang anda perjuangkan beberapa puluh tahun yang lalu. Semangatnya sama, tapi style kita dalam mengorganisir massa dan berdemonstrasi beda. Oh ya, satu lagi yang beda: anda berada dalam rezim pemerintahan sedangkan kita menggantikan posisi anda di jalanan.

Perihal ‘tunggang-menunggangi’, bukankah ini masih gaya lama ya untuk melakukan counter-narasi? Carilah counter-narasi yang lebih kreatif dan elegan gitu. Soal kreatifitas, anda bisa belajar dengan kita kok. Gratis dan tentunya tak usah sungkan-sungkan.

Lagian seharusnya anda paham kontur gerakan massa dan gerakan intelektual semacam #ReformasiDikorupsi yang sangat masif ini. Bacaan buku anda tentang teori sosial dan politik pasti banyaklah. Pasti ngertilah soal masifnya suatu gerakan karena adanya keresahaan yang sama atas persoalan yang terjadi. Tak perlu menutupi kepintaran anda dengan percaya pada ‘ada yang menunggangi’ itu. Konspiratif sekali!

Oh ya, mumpung tidak lupa. Kemaren di Pemilu 2019, anda sangat anak muda lah --meskipun ya lebih cenderung sok sih. Bahkan mengganti penampilan demi menggaet suara anak muda yang berdasarkan statistik KPU jumlahnya sangat besar. Jelasnya, anda ‘menghamba’ pada suara (vote, bukan voice) anak muda. Lah sekarang, giliran pemilu usai, anda kok nyinyirin gerakan yang khas anak muda banget; aspirasi dan keresahan anak muda untuk menegakkan nilai-nilai keadilan dalam (dan) demokrasi.

Paradoks. Enggak paradoks sih, mungkin begini: muda tidaknya anda itu musiman ya, bergantung pada kepentingan. Padahal muda itu mental dan isi kepala yang itu bisa berlangsung lama, bukan kategori umur doang yang ya cepat atau lambat akan sirna segera.

Comments