Revisionisme

Saya tersentak ketika menemukan kalimat ini dalam esai Goenawan Muhammad (Sang Komunis, Tempo 2 Juli 1988): “Suatu kesalahan tidak menjadi suci semata-mata karena, pada suatu masa, Marx dan Engels meyakininya, dan kebenaran tak berhenti jadi kebenaran karena anti-sosialis.”

Kalimat yang dikutip GM dari surat Bernstein kepada kongres sosial-demokrasi Jerman tahun 1898 tersebut menandakan kemungkinan untuk merevisi Marxisme. Benar, Bernstein dikenal sebagai tokoh revisionis dalam Marxisme. Bernstein mengangkat otonomi politik dari distingsi basis dan suprastruktur, dan menyoal materialisme historis yang tidak memberikan tempat bagi kebebasan.

(Mungkinkah Marxisme tanpa determinisme ekonomi yang kemudian menghasilkan distingsi basis-suprastruktur; mungkinkah Marxisme tanpa materialisme historis?)

Bernstein tidak sendirian dalam upaya melakukan revisi atas Marxisme. Beberapa intelektual Marxis setelah Bernstein bisa disebut sebagai pembaharu Marxisme: Gramsci dan tokoh post-marxisme seperti Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe.

Disebut pembaharu karena menyoal Marxisme sebagai perangkat teoritik dengan kondisi faktual pada satu sisi dan melakukan bongkar-pasang konsep Marxisme. Jelasnya, tidak mengkultuskan Marxisme sebagai pemikiran ekonomi-politik yang ajek, yang dilarang keras keluar dari pakem.

Marxisme tidak lahir dari ruang hampa melainkan dalam kultur dan kondisi ekonomi-politik pada masa Marx hidup. Mungkin, jika Marx hidup hari ini, dia sendiri akan merevisi pemikirannya dan betul-betul marah pada Marxisme ortodoks.     

Comments