Sepak Bola Kita: Catatan Setelah Menonton Mata Najwa Episode PSSI Bisa Apa Jilid 1 dan 2

Apa yang diperbincangkan di Mata Najwa Episode PSSI Bisa Apa adalah problem serius dalam persepakbolaan kita. Bukan semata-mata rendahnya integritas manusia sepak bola Indonesia. Membebankan permasalahan match fixing (pengaturan skor) pada rendahnya integritas manusia sepak bola Indonesia tidak menjawab akar persoalan dan oleh karenanya solusi yang ditawarkan tidak akan membawa perbaikan sepak bola Indonesia.

Dua hal yang harus diketengahkan adalah: pertama, carut marut sepak bola Indonesia adalah persoalan sistem, struktural dan solusi yang hendak dimajukan harus menggunakan pendekatan struktural; dan kedua, persoalan ekonomi dengan minimnya kesejahteraan manusia sepak bola, termasuk pemain, wasit, tim dan lain sebagainya, bahkan ditambah unsur lain; perjudian. Dua hal ini saling memiliki keterkaitan.

Persoalan sistem memungkinkan melakukan match fixing di pelbagai pertandingan sepak bola di Indonesia. Ada pejabat Exco PSSI, pejabat PSSI tingkat nasional dan daerah yang terlibat di situ yang menciptakan iklim dan kultur tidak sehat. Sehingga, suap-menyuap untuk menentukan hasil pertandingan sudah dianggap ‘biasa saja’. Hal ini lah yang perlu disoroti, bahwa terdapat sistem dan kultur yang memungkinkan melakukan match fixing.

Sistem, iklim dan kultur yang tidak sehat tersebut ditopang oleh minimnya kesejahteraan insan sepak bola Indonesia. Kita sangat sering mendengar gaji pemain dan pelatih serta wasit yang belum dibayar sekian bulan, walaupun gaji sudah dibayar tapi nominal yang didapat tiap bulannya jauh dari ukuran sejahtera. Sehingga, jika ada duit segar di luar gaji, apa boleh buat, ini persoalan besok mau makan apa. Inilah persoalan ekonomi yang penyelesaiannya harus menggunakan pendekatan ekonomi.

Variable lain berupa bisnis perjudiaan dan memang sepak bola itu industri, bisnis yang sangat menggiurkan. Logika bisnis judi adalah menang-kalah, untung-rugi dan tidak ada sangkut pautnya dengan perbaikan kualitas sepak bola di Indonesia.

Pada sistem, iklim dan kultur yang memiliki banyak celah, kemudian ditopang persoalan kesejahteraan manusia sepak bola, bisnis perjudiaan dan suap-menyuap untuk match fixing bisa masuk di situ.