Politik Niscaya Pencitraan

Jika politik menyangkut urusan publik, mengapa kita begitu alergi dengan pencitraan. Dalam politik, pencitraan adalah sebuah keniscayaan. Sebuah marketing. Memperkenalkan. Entah itu gagasan, brand seseorang atau platform gerakan partai.

Selama ini, makna pencitraan dibelokkan. Peyoratif. Cenderung negatif. Karena memang dan mungkin, tak ada isi di balik citra. Hanya citra. Hanya permukaan. Ada yang disembunyikan. Dan memang begitulah politik sebagai upaya memasarkan diri atau ide bekerja. Ia harus berupa baik-baiknya saja. Atau jalan tengahnya: bilang kalau punya kita baik, tapi jangan menjelekkan punya orang lain. Tapi ya tak semudah itu.

Selalu ada upaya untuk mencari celah. Kritik dan koreksi. Legitimasi ilmiah dibuat. Corong kamera diarahkan. Tutur kata disusun. Pakaian diatur. Untuk citra. “Sosialisasi kebijakan pemerintah,” kata partai pemenang.

Bagi oposisi, tak ada gading yang tak retak. Selalu ada yang bolong dari kebijakan pemerintah. Tidak pro-rakyat, menggusur, pembangunanisme, dan lain sebagainya. Kritik dilancarkan. Begitulah tugas oposisi. Pencitraan paling utama oposisi adalah kontrol, kritik dan koreksi atas pelbagai kebijakan pemerintah.


Dan pemerintah, memiliki alat yang lengkap untuk pencitraan. Ia memiliki istana yang dapat mengundang siapa saja. Ia memiliki sepeda, jaket bergambar peta dan sepeda motor custom chopper. Dan yang ampuh, ia memiliki program dan kebijakan. Eksekutor.  

Comments