Amien Rais dan Jalan Politiknya
Amien Rais
bukan orang bodoh dan tersesat. Dan kita –juga para politisi yang political correctness itu—tak perlu
meluruskannya, menyarankannya untuk taubat, kembali ke jalan yang benar.
Dalam politik,
Amien Rais bukan sekadar telah banyak makan asam garam kehidupan politik, melainkan
ia adalah asam garam itu sendiri. Ia adalah politisi senior; tokoh reformasi
dan mantan ketua MPR. Juga guru besar ilmu politik. Politik adalah jalannya,
dunianya dan kesehariannya.
Tak usah
heran sembari mengelus dada ketika haluan dan politik Amien Rais berubah
drastis. Tak ada yang pasti dalam politik. Ketidakpastiaan adalah kepastiaan
itu sendiri.
Sebagai
politisi senior, ia tahu betul jalan politiknya. Konsekuensi-konsekuensi yang
muncul akibat pernyataannya, kehadirannya pada suatu forum atau keberpihakannya
pada partai atau koalisi partai atau tokoh tertentu. Telah ia pikirkan
matang-matang dan pertimbangkan secara jernih. Kalkulasi politik telah ia
perhitungkan.
Bukankah
dalam politik tak ada kebetulan. Semuanya disengaja, bahkan ketidaksengajaan
itu disengaja. Di-design sedemikian
rupa. Ada rancangan. Dan Amien Rais sedang merancang sekaligus memprediksi
untuk momentum politik akan datang lewat pernyatannya dan keberpihakannya.
Begitulah, katanya, seharusnya politisi bekerja: mampu merancang dan
memprediksi untuk yang akan datang, bukan untuk yang saat ini.
Tak perlu
menyarankan Amien Rais untuk taubat, untuk kembali ke jalan yang benar. Memang
menimbulkan kegaduhan. Itu kata penguasa. Kekuasaan butuh stabilitas. Butuh akan
yang tenang, yang sejuk. Tugas oposisi adalah kritik; menyingkap selubung di
balik stabilitas, yang tenang dan yang sejuk itu.
Jika tak
setuju dengan pernyataan dan pemikiran Amien Rais, lawan isinya, pemikirannya. Bukan
menyuruhnya untuk taubat, untuk kembali ke jalan yang lurus. Ini politik, bukan
kerja kelompok. Atau jangan-jangan kita tidak yakin dengan pilihan politik kita
(dengan yang sejuk, yang stabil dan tenun kebangsaan itu), sehingga kita ‘butuh’
Amien Rais untuk taubat, untuk berada sepemikiran politik dengan kita, demi
meningkatkan keyakinan pilihan politik kita.
Comments
Post a Comment