Barat Masih Berkilau

Barat masih berkilau. Seperti beberapa abad yang lalu ketika lahir abad pencerahan (renaisans) dan dominasi gereja runtuh oleh gerakan reformasi. Babak baru dalam dunia Barat; zaman modern. Sejak saat itu, Barat bersinar (oleh karenanya perlu menyinari bangsa lain, sekalipun lewat jalur kolonialisme). Barat berkilau. Sampai hari ini.

Kilauan Barat ditangkap secara berbeda. Ada yang menangkapnya sebagai kilauan berlian di kejauhan sana. Sementara di sini, jalanan masih gelap nan kosong, dengan segala upaya direngkuhnya berlian itu, ditangkap serta diserapnya kilauan berlian itu untuk menerangi ‘di sini’.

Ada yang menangkap berbeda: kilauan yang menyilaukan mata. Tak hanya menyilaukan, melainkan mengikis secara perlahan-lahan fungsi penginderaan. Untuk itu, digunakanlah tameng berupa kacamata hitam, supaya kilauannya tak merusak penginderaan. Kacamata hitam itu dapat berupa nilai-nilai Timur, nilai-nilai Asia atau nilai-nilai Agama.

Sembari menggunakan kacamata hitam, ditetesilah mata dengan air perasan kearifan lokal. Lengkaplah, kacamata hitam untuk melindungi ‘serangan’ yang datang dari luar, sedangkan tetes mata untuk menjernihkan ‘ke-kita-an’. Suatu sikap dan tindakan inferior. Menolak, tapi tidak mengalahkan, kata Goenawan Mohammad.


Saya sendiri melihat Barat sebagai kilauan yang pancarannya harus kita serap dan rengkuh. Untuk memberi kilauan pada ‘di sini’. 

Comments