Yang Membekas Setelah Nonton Debat Final Pilkada DKI 2017

Saya tak menyaksikan debat live-nya yang tayang pada acara Mata Najwa Eksklusif. Youtube sangat membantu dan ini, era serba digital, harus disadari oleh media televisi mainstream. Setelah tayang di saluran televisi, perlu mengunggahnya di youtube. Selain sebagai pengarsipan, juga distribusi informasi dan pengetahuan serta pengabadian tayangan.

Mata Najwa Eksklusif menampilkan debat program calon gubenur Jakarta, Ahok dan Anies. Yang diadu, diperdebatkan adalah program kedua calon. Ini bentuk edukasi kepada publik. Bagian dari proses berdemokrasi. Suatu upaya untuk mendidik pemilih bahwa programlah yang harus diutamakan dalam memilih pemimpin. Karena politik menyangkut kepentingan publik.

Jika ada yang memilih berdasarkan agama atau ras atau kategori primordialisme yang lain, ya tak masalah. Itu pilihan sah dalam berdemokrasi.

Tapi yang jelas, menyaksikan debat final pilkada Jakarta, Ahok lebih unggul ketimbang Anies. Ini sikap politik! Memang Ahok diuntungkan karena petahana dan kontribusi nyatanya selama ia memimpin ibu kota. Program Ahok lebih membumi, kongkret dan menjawab beberapa persoalan di Jakarta. Realistis dan solutif. Ya meskipun solusinya menimbulkan persoalan. Semisal soal normalisasi bantaran kali dengan menggusur pemukiman dalam rangka mengurangi banjir. Sudah disediakan memang rumah susun. Tapi, penggusuran dan bermukim bukan semata-mata soal pindah house, melainkan home juga yang mengandung dimensi mental dan kultural.

Penggusuran (atau relokasi kata pemerintah yang sebenarnya hanya bentuk eufemisme) bukan sekadar menghancurkan bangunan fisik, tapi juga merusak tatanan sosial dan budaya yang telah berlangsung sekian lama. Tak mudah pindah tempat tinggal itu. Meskipun, tempat tinggal yang dituju lebih nyaman.

Selain itu juga, proyek reklamasi, yang sebenarnya warisan Orde Baru. Ini juga yang bermasalah dari program Ahok. Selain mengganggu kelangsungan ekologis, reklamasi juga berakibat pada hilangnya mata pencaharian nelayan.

Populis benar program Ahok. Ketimbang Anies yang lebih mengawang-awang atau modifikasi dari program pemerintah sebelumnya. Kayak KJP Plus dan integrasi transportasi umum di Jakarta. Satu lagi yang bikin saya geleng-geleng kepala adalah program rumah rakyat DP Rp. 0. Saya juga tak paham walaupun Anies telah menjelaskan panjang lebar. Lihat sajalah videonya di youtube. Kecuali mungkin program OK OCE lah yang dapat acceptable dan kongkret.

Selebihnya Anies banyak beretorika, mengeluarkan sejumput-duajumput kata motivasi. Kalaupun gagal jadi gubenur Jakarta, Anies bisa jadi motivator kok dan nulis kumpulan kata-kata mutiara. Satu frase yang sangat saya suka dari Anies: merekatkan, bukan meretakkan.

Comments