Kamar dan Hujan
Jika Mahfud Ikhwan
punya Kambing dan Hujan, aku punya Kamar dan Hujan. Kambing membenci hujan, dan
aku di dalam kamar terpesona dengan
hujan. Takjub. Hanya di dalam kamar.
Entah mengapa. Kebiasaan
melihat hujan tumbuh sejak di Jogja, seperti kebiasaanku membaca tanda-tanda
juga kahir.
Di kamar, di balik kaca
jendela, aku bersembunyi, mengintip hujan. Hujan terasa berbeda jika
diperhatikan di dalam kamar. Ibarat seorang perempuan diintip melalui
celah-celah ventilasi kamarnya.
Hujan turun, jiwaku
naik ke atas entah kemana. Kenapa harus ada hujan yang diintip di balik kaca
jendela kamar?
Aku tahu, hujan
mengandung aroma dupa yang menghantarkan hamba-Nya ke altar peribdatan.
Comments
Post a Comment