Jari Ketik
Aku mendengar derap
jari menari di atas keyboard, ketika mata mulai terkantuk, kepala mulai
tertunduk, lalu kesadaran mulai mengangkasa. Tidak ada yang peduli dengan diri,
kecuali suara derap jari penghantar ke alam tak bertuan, tempat segala
kemungkinan terjadi.
Di alam tak bertuan,
aku bertemu kau. Dan alam menjadikan kita tuannya. Kita membangun rumah
sederhana berdinding sirap-sirap kayu dan bambu menjadi tiangnya. Kita bercocok
tanam. Menanam padi, sayur-mayur, buah-buah, cabe rawit, dan tomat jenis kecil.
Kita beternak ayam, memberinya makan tiap terbit dan terbenam matahari. Kita beternak
sapi, mengembalakannya di sudut padang rerumputan dekat mata air.
Kita bahagia, tanpa
atribut kemewahan lampu. Kita punya anak, anak kita menggarap lahan, beternak
peliharan. Anak kita punya anak, kita menyebutnya cucu, juga menggarap lahan
dan beternak. Dan seterusnya.
Kita, keluarga besar,
hidup dari dan dengan alam.
Pada suatu ketika,
derap jari ketik datang, merampas tanah kita, tanah yang dulunya tak bertuan. Aku
terbangun, kau pun juga, anak-cucu kita juga, dengan mata mendelik, kepala terangkat, dan kepalan keberanian. Kita harus
melawan!
Comments
Post a Comment