Kuliah di Filsafat?

Beberapa waktu yang lalu, aku berkunjung ke pondok, tempat aku belajar dulu selama enam tahun. Tak lupa pula, aku menyambangi sekolah (SMA) yang tak lain berada di bawah naungan pondok. Ke sekolah sekadar menemani temanku mengambil SKHUN.

Sampai di sekolah, aku bersama temanku langsung menuju ruang BK dan Kesiswaan. Karena di ruang ini segala urusan kesiswaan (rapot, ijazah, skhun, dsb.) dilayani.

Di ruangan sudah ada beberapa karyawan dan seorang guru yang aku kenal. Sedikit basa-basi dengan karyawan, lalu menghampiri seorang guru yang sedang duduk di kursi.

“Kuliah di mana?” Pak Guru memulai percakapan dengan berbahasa Madura setelah aku menjabat tangannya.

“Di Jogja, Pak.” Kataku dengan sedikit reflek dan dibumbui senyuman. Manis.

“Di kampus apa?”

“Di UGM, Pak.”

“Wah, mantap. Jurusan apa?”

“Filsafat, Pak.”

“Waduh,,,, .” Pak Guru agak terkejut, dengan sedikit memonyongkan bibirnya, lalu senyum-senyum gag jelas. Beberapa karyawan yang sedang di ruangan juga tercengang, seakan-akan melafalkan "hah!"

“Meskipun belajar filsafat, tetaplah konsisten tahlilan dan shalawatan. Juga perbanyak banyak istighfar. Apapun jurusan kalian, yang penting tetap tahlilan dan shalawatan.” Kata Pak Guru menasehati.

Mendengar nasehat itu, aku senyum-senyum saja. Antara menjawab iya atau tidak. Antara mengiyakan “nasehatnya” dan mempertanyakannya. Bimbang. Aku hanya diam saja. Tak merespon. Diam adalah tanggapanku.

Obrolan kemudian dilanjutkan di kursi khusus tamu dengan suguhan secangkir kopi dan rokok markopolo. Tentang jalur masuk PTN, beasiswa, dan kehidupan kampus di Jogja.   

Pasnan, 03 Februari 2016

Comments