Dari Miletos untuk Dunia
Filsafat
Pra-Sokrates
Masa Filsafat
Pra-Sokratik dapat dikatakan sebagai sebuah masa di mana akal mulai digunakan
secara rasional. Filsafat Pra-Sokratik juga dikenal sebagai Filsafat Yunani
Kuno. Filsafat Pra-Sokratik adalah masa filsafat awal, dengan Sokrates
(sokratik) sebagai batas pemisah dengan filsuf-filsuf sesudah Sokrates. Sehingga
pertanyaan yang timbul dibenak kita adalah kenapa harus Sokrates yang jadikan
patok pembatas? Bukankah Sokrates tidak meninggalkan tulisan dan sumber utama
keterangan-keterangan tentang dirinya banyak diperoleh dari tulisan
Aristhopanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles. Bukankah, filsuf-filsuf sebelum
Sokrates banyak. Katakanlah, Phytagoras sebagai orang pertama yang mengatakan philosophos (pecinta kebijaksanaan). Ada
juga Heraclitos, Parmenides, Democratos, dsb. Jika ditinjau dari segi umur
(usia) atau filsuf-filsuf Pra-Sokrates hidup, Sokrates hidup pada tahun 469–399
SM, maka ditemukan beberapa filsuf yang hidup se zaman dengan Sokrates dan
digolongkan filsuf Pra-Sokrates. Adalah Democritos (460–370 SM), Zeno (±490-430
SM), Empendocles (±490-435) dan Anaxagoras (±499-420 SM) yang seusia dengan
Sokrates.
Ada
dua alasan kuat mengapa disebut Filsafat Pra-Sokrates. Pertama, filsuf-filsuf Pra-Sokrates adalah filsuf yang pemikirannya
tidak dipengaruhi oleh Sokrates. Pemikiran filsuf Pra-Sokrates menjadikan alam (phusis) yang luas dan penuh keselarasan
sebagai sasaran pemikiran mereka. Sedangkan pemikiran Sokrates dan ini adalah
alasan kedua, bahwa objek
pemikirannya adalah manusia. Menurut Cicero, filsuf Romawi, Sokrates merupakan
filsuf yang memindahkan filsafat dari langit ke bumi. Bukan lagi berpusat pada
jagad raya (kosmossentris) tetapi manusia (antroposentris). Hal tersebut yang
menyebabkan Sokrates sebagai “tapal batas” pemikiran kefilsafatan yunani.
Miletos
Miletos adalah tanah
kelahiran filsafat. Disebut tempat lahir karena ada tiga filsuf awal yang bertempat
tinggal pada abad ke 6 SM di kota ini, yaitu; Thales, Anaximandros, dan
Anaximenes. Miletos adalah salah satu dari dua belas kota di Ionia dan penduduk
yang tinggal adalah orang Ionia. Secara geografis Miletos adalah kota kecil berada
di pesisir barat Ionia, sekarang Turki, sedangkan lokasi Ionia sendiri adalah
pesisir bagian barat Asia Kecil Letaknya yang berada di pesisir memungkinkan
kota ini dijadikan tempat “transaksi” budaya. Ditambah adanya pelabuhan, maka
Miletos adalah titik pertemuan pelbagai kebudayaan dan informasi dari pelbagai
tempat. Filsafat Miletos adalah filsafat alam. Fokus pemikiranya adalah untuk
menemukan dasar yang hakiki, yaitu dasar yang mendasari segala sesuatu, atau
dengan kata lain untuk menemukan yang mutlak.
Thales (±625-545 SM)
Siapakah Thales? Di
Yunani, Thales termasuk dari tujuh orang
bijak pada waktu. Bersanding dengan Bias dari Priene, Pitakos dari
Mytilene, Soloon dari Athena, Khobonlos dari Ikidos, Khiloon dari Sparta dan
Periandros dari Korinthos. Dalam dunia filsafat, Thales dijuluki the father of philosophy oleh
Aristoteles pada abad ke 4 SM. Keterangan-keterangan tentang Thales tidak dapat
diketahui secara pasti, karena ia tidak meninggalkan tulisan sama sekali.
Sehingga, adanya dia dan pemikiran filsafatnya dapat diketahui memalui
keterangan-keterangan dari sejarawan Yunani, Heredotos (abad ke 5 SM) dan
filsuf-filsuf setelahnya seperti Aristoteles.
Thales
diantarkan menuju gelar filsuf pertama oleh pertanyaan yang dia ajukan dan
dijawab sendiri. Pertanyaannya begitu mendasar: What is the nature of the world stuff? Pertanyaan tentang latar
belakang alam semesta itu dilatar belakangi oleh rasa takjub dan heran atas
gerak dan keanekaragaman alam. Jawaban ia adalah bahwa arkhé (asal muasal dari segala sesuatu) adalah air. Ia mengambil
air sebagai arkhé didasarkan atas
bentuk air yang bermacam-macam: benda halus (udara), cair (air), dan keras
(es). Air juga tampak sebagai sarana pokok bagi kehidupan bahkan menjadi
“sumber” kehidupan, air yang meresapi segala-galanya. Selain itu, air tampak
dan menjadi bahan dari semua makhluk, tumbuh-tumbuhan, makanan, dll. Tidak
cukup sampai di situ, Thales berpendapat bahwa bumi muncul dari air dan
terapung-apung di atasnya, karena saat itu ia berada di pantai Miletos, air
tampak sebagai lautan yang luas. Sebagai kesimpulan awal dari saya, salah satu
faktor pendorong Thales beragumen tentang arkhé
adalah faktor geografis.
Anaximandros
(±610-540)
Anaximandros adalah
murid Thales. Selain “dicap” sebagai filsuf, menurut tradisi ia adalah orang
pertama yang membuat peta bumi karena keahliannya dalam bidang astronomi dan
geografi. Dalam dunia filsafat, dia adalah murid “durhaka” terhadap sang guru,
Thales, karena ia tidak sependapat dengan Thales tentang asal muasal segala
sesuatu adalah air. Anaximandros mengatakan bahwa tidak mungkin arkhé itu terdiri dari satu anarsir,
air, karena masih ada api. Air harus didapatkan di mana-mana, meresapi segala
sesuatu, termasuk api. Oleh karena itu. Asas harus lebih dalam dari anarsir
yang menyusun alam, yaitu to apeiron
(tak terbatas). Timbullah pertanyaan, kok
bisa yang “tak terbatas” itu terjadi alam? Beginilah, kata Anaximandros, terjadi
penceraian (ekkrisis) dari “to apeiron” , maka dilepaskanlah
anarsir yang berlawanan, panas dan dingin, kering dan basah. Kemudian terjadi
keseimbangan antar anarsir yang berlawanan, namun jika terjadi dominasi salah
satu anarsir, terdapat hukum keseimbangan yang mengusahakan untuk
menyeimbangkan. Akibat proses penceraian tadi adalah adanya gerak puting
beliung sebagai pemisah yang dingin daripada yang panas, sedangkan yang panas
kemudian membalut yang dingin. Gerak yang demikian itu menyebabkan terjadinya
bola raksasa dengan posisi yang dingin berada di tengah-tengah yang panas. Karena
panas itu, air lepas dari tanah dan menjadi kabut (udara). Selanjutnya, udara
menekan bola raksasa tadi, sehingga terjadi letusan yang mengakibatkan
terjadinya lingkaran-lingkaran yang berpusat satu. Setiap lingkaran terdiri
dari api yang dibalut udara dan mempunyai satu lubang yang ada api di dalamnya,
maka tampaklah sebagai bintang, bulan dan matahari.
Selain mendeskripsikan asal muasal dari alam semesta,
Anaximandros berpendapat bahwa bentuk bumi adalah silinder yang terletak di
pusat jagad raya.
Anaximenes
(±538-480 SM)
Dia murid Anaximandros,
baginya arkhé segala sesuatu adalah
“hawa” atau “udara” . Alasannya, bahwa udara meliputi seluruh alam dan menjadi
azas kehidupan manusia. Semua unsur alam ini terjadi karena proses pemadatan
dan pengenceran udara. Unsur-unsur alam terbentuk dari udara: pemadatan udara
menghasilkan angin, air, tanah dan batu, sedangkan pengenceran udara berupa
api. Tubuh manusia adalah mikrokosmos yang mencerminkan jagad raya sebagai
makrokosmos. Kalau Thales mengatakan bumi terapung di atas air, maka Anaximenes
mengatakan bumi — yang seperti meja bundar — katanya melayang-Iayang di udara.
Kesimpulan
Dari pemikiran ketiga
filsuf awal dari miletos tersebut, terdapat beberapa titik tekan yang
menentukan corak pemikiran mereka. Pertama,
objek atau sasaran pemikiran mereka adalah alam (jagad raya). Ketakjuban
dan rasa heran atas wah nya jagad
raya adalah latar belakang mengapa mereka berpikir demikian. Kedua, mereka memandang alam sebagai
sebuah keseluruhan yang bersatu dan mempunyai asal usul (arkhé) satu prinsip saja. Arkhé
inilah yang kemudian mereka yakini sebagai sebab-sebab terjadinya alam
semesta. Ketiga, terciptanya dan
teraturnya alam semesta bukan sebuah kebetulan, mereka yakin ada satu hukum
yang menguasi alam ini. Keempat, mereka
juga yakin bahwa alam semesta bukan merupakan chaos (kekacauan), tetapi kosmos
(keteraturan).
Persembahan dan
sumbangsih Miletos untuk peradaban dunia sangatlah besar. Dari kota ini tradisi
mitos berubah menjadi tradisi logos. Di kota ini juga, sejarah
pemikiran rasional dimulai, menyebar ke seantero dunia. Kini, Miletos hanyalah
sebuah hitam di atas putih sejarah peradaban dunia. Miletos musnah seiring
dengan penyerbuan oleh bangsa Parsi pada tahun 494 SM. Namun, pemikiran
filsafatnya terus dipertahankan dan dikembangkan. Kau ada karena tiada. Wassalam.
Comments
Post a Comment